Perbandingan ukuran tata surya dengan HL Tauri dan disc protoplanet sekitarnya.
Topik mengenai proses pembentukan tata surya memang menjadi topik utama bagi para ilmuwan di dunia. Kita dapat melihat gambaran bagaimana proses pembentukan tata surya berkat foto yang diambil oleh teleskop raksasa ALMA di Chile
ALMA di Chile
ALMA di Chile
Foto ini memperlihatkan sebuah bintang muda bernama HL Tau yang berada dalam konstelasi Taurus, namun yang membuat menarik adalah HL Tau tengah dilingkari oleh sekumpulan awan luar angkasa dalam jumlah yang sangat besar.
Protoplanet disk yang HL Tau
Protoplanet disk yang HL Tau
Kemudian kumpulan awan tersebut membentuk sebuah piringan berlapis dengan ukuran raksasa, piringan tersebut hampir mirip dengan cicin planet Saturnus.

Menurut para peneliti, lingkaran awan yang mengelilingi HL Tau mirip dengan proses pembentukan planet-planet di tatasurya kita miliaran tahun yang lalu. Hebatnya, HL Tau masih berumur satu juta tahun saja.
Protoplanet disk yang HL Tau
Pada akhirnya awan-awan tersebut akan terus berputar dan berkumpul sesuai dengan orbit sehingga berubah menjadi planet atau asteroid. Tetapi, untuk sampai tahap itu dibutuhkan waktu hingga miliaran tahun. Sehingga cukup sulit bagi manusia untuk mengamati proses kelahiran planet di sekitar HL Tau.
Gambar Hubble dari wilayah sekitar HL Tau
Gambar Hubble dari wilayah sekitar HL Tau
Melihat dari bentuk-bentuk cincin awan yang ada, saat ini awan di HL Tau sudah memasuki proses pembentukan awal planet. Proses yang saat ini terjadi pada bintang muda berjarak 450 tahun cahaya dari bumi itu mirip dengan yang ada di cincin planet Saturnus.(extremetech)

Ilmuwan pun berharap, foto dari HL Tau yang mempunyai resolusi paling jelas dari pada foto-foto pembentukan tata surya lainnya ini dapat memberi jalan untuk mengetahui lebih lanjut proses pembentukan planet padat seperti bumi atau planet gas seperti Jupiter.
filed under: ,
Ilustrasi Otak Manusia
Ilustrasi Otak Manusia
Para ilmuwan dari amerika baru-baru ini memang sedang berkontribusi untuk dapat menciptakan sebuah teknologi terbaru. Kali ini mereka coba mengembangkan sebuah teknologi dimana alat tersebut dapat membaca apa saja isi pikiran manusia.

Gelombang suara yang diklaim dapat mengaktifkan neuron  sehingga memungkinkan otak untuk menafsirkan suara sebagai kata-kata. Dan dilengkapi dengan sebuah alogaritma yang diciptakan oleh para ilmuwan sehingga memungkinkan orang lain bisa mengetahui apa yang sedang orang lain pikirkan.

Untuk dapat mempelajarinya, para peneliti dari University of California melihat aktivitas otak dari tujuh orang yang sedang menjalai operasi epilepsi. Pertama-tama para peserta diminta untuk membacakan teks yang ada pada sepotong kertas, kemudian membacanya diam-diam di kepala mereka.

Sementara pasian membacakan teks, para ilmuwan membangun Decorder pribadi yang bagi setiap pasien, berdasarkan pemetaan neuron yang bereaksi dari berbagai aspek berbicara.

Peta ini juga dibuat dengan menggunakan Electrocorticograpic (ECOG) atau pembacaan elektroda ayng ditanamkan secara langsung pada pasiaen.

Decorder yang sudah ditanamkan nantinya akan bekerja dengan membaca aktiviats otak pasien dan menerjemahkanya dalam beberapa kata.

Pada akhirnya, jika semua ini dapat berhasil dan berjalan dengan lancar, kita akan bisa membantu seseorang lumpuh atau tidak bisa berbicara.
filed under: ,
Capung
Capung
Para ilmuwan nalis genetik Commonwealth of Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO), baru-baru ini menemukan tentang evolusi serangga yang berasal dari 480 juta tahun yang lalu ternyata memiliki kemampuan terbang setelah 80 tahun kemudian.

Penelitian ini melibatkan  lebih dari 140 gen serangga yang memiliki hubungan antar semua kelompok utama serangga dan lebih dari 100 peneliti di dunia yang berasal dari 16 negara dan lima diantaranya dari SCIRO. mereka juga telah resmi mengumumkan hasil tentang evolusi serangga tersebut.

"Penelitian kami menunjukkan bahwa, Sekitar 480 juta tahun yang lalu, serangga awalnya hanya hidup di darat," Jelas David Yeates, direktur CSIRO.

Menurunya, sekitar 400 juta tahun yang lalu nenek moyang capung yang ada saat ini adalah serangga yang pertama mengembangkan sayap, dan memili kemampuan untuk dapat terbang jauh sebelum serangga jenis lain bisa melakukannya.

Dr. Yeates juga menjelaskan. "Beberapa capung ini dengan cepat mengembangkan sayap dengan lebar hingga 70 cm, untuk menghindar dari predator dengan cepat,”

Penelitian ini juga mengkonfirmasi bahwa krisis keanekaragaman hayati menyebabkan peristiwa kepunahan massal pada kelompok hewan lain, seperti dinosaurus. Namun, serangga dapat terus bertahan hidup dan diyakini cepat beradaptasi dengan situasi baru dan bertahan hingga saat ini. 
filed under: ,
Copyright © 2013 artikel-fenomenal | Powered by Blogger
Design by Theme Junkie
Blogger Template by Lasantha | PremiumBloggerTemplates.com