Perilaku Gay Dipengaruhi Oleh Gen | Banyak yang yakin orientasi seksual gay atau penyuka sesama jenis laki-laki terkait dengan perkembangan psikologi di masa lalu. Namun temuan peneliti Chicago University membalikkan keyakinan itu. Blog ini tentang Informasi Unik dan Menarik
Menurut peneliti perilaku gay dipengaruhi oleh gen. Dengan demikian gay menjadi turunan. Temuan ini membuat orang mengernyitkan dahi.
Dilansir Daily Mail, Sabtu 15 Febuari 2014, peneliti mengungkap adanya dua potongan DNA yang menentukan seseorang gay setelah menganalisa DNA dari 400 pasang gay. Selama beberapa tahun, peneliti merekrut pasangan ini dalam festival gay, Gay Pride, dan mengambil sampel DNA pasangan gay.
Alhasil, peneliti memang menemukan bukti adanya gen gay. Namun peneliti belum mengetahui berapa banyak gen gay yang dapat mempengaruhi perkembangan orientasi seksual seseorang.
Hasil studi ini tentang gen gay ini bukan yang pertama. Sebelumnya sebuah studi pada 1993, sempat mengungkapkan adanya keterkaitan gay dengan gen pada sebuah temu sains di Chicago, namun studi lama itu diperdebatkan.
Dengan adanya temuan terbaru gen gay ini seakan memperkuat studi sebelumnya sekaligus menjadi bukti pertama adanya gen gay.
"Orientasi seksual tak ada hubungannya dengan pilihan (untuk jadi gay atau tidak). Temuan kami menunjukkan mungkin ada gen yang berperan untuk gay, kami menemukan ada dua set gen yang mempengaruhi seorang pria gay atau normal," jelas Dr Michael Bailey, peneliti Northwestern University, Illinois menguatkan studi itu.
Dengan temuan ini tentu akan mengkhawatirkan orang tua yang saat ini memiliki gen yang dimaksud. Seorang ibu yang hamil bisa khawatir misalnya dengan bayi yang terkandung dalam rahimnya jika sang ortu memiliki kaitan gen gay.
"Jelas orang tua seharusnya tak diperbolehkan membunuh bayinya. Tapi mereka kini dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan sejak dini," ujar Bailey.
Sementara Qazi Rhaman, psikolog King College London mengatakan setidaknya gen diperkirakan berkontribusi 40 persen atas orientasi seksual seseorang. Dan ia melihat ada potensi banyak gen yang terlibat. Dengan demikian, kondisi ini akan menyulitkan tes genetik.
Namun ia meminta orang agar tak takut dengan keterkaitan homoseksual dengan gen. Sebab menurutnya, semua sifat psikologis melibatkan gen.
Pandangan lain atas hasil studi ini juga dilontarkan Richard Lane, pegiat organisasi kaum gay Stonewall. Ia mengatakan studi-studi saat ini belum menunjukkan bukti yang meyakinkan. Tapi studi itu sudah menyimpulkan gay adalah soal biologi.
"Ini konsisten bahwa semuanya menunjukkan orientasi seksual jadi sesuatu yang mendasar bagi seseorang, jadi bukan pilihan gaya hidup," jelasnya.
Bahkan penelitan lain mengatakan kondisi dalam rahim juga mempengaruhi orientasi seksual. Misalnya seseorang laki-laki lebih tua memiliki saudara kandung laki-laki, maka semakin besar memunculkan gay.
Perkiraan ini menyebutkan bayi laki-laki di dalam rahim memicu imun pada ibu. Kondisi ini menciptakan antibodi yang menyerang bagian otak bayi yang terkait dengan orientasi seksual. Respons ini kemudian memunculkan kemungkinan homoseksual.
Namun sebagian pendapat lain meyakini pendidikan pada anak memainkan peranan penting dalam orientasi seksual seseorang.
Dilansir Daily Mail, Sabtu 15 Febuari 2014, peneliti mengungkap adanya dua potongan DNA yang menentukan seseorang gay setelah menganalisa DNA dari 400 pasang gay. Selama beberapa tahun, peneliti merekrut pasangan ini dalam festival gay, Gay Pride, dan mengambil sampel DNA pasangan gay.
Alhasil, peneliti memang menemukan bukti adanya gen gay. Namun peneliti belum mengetahui berapa banyak gen gay yang dapat mempengaruhi perkembangan orientasi seksual seseorang.
Hasil studi ini tentang gen gay ini bukan yang pertama. Sebelumnya sebuah studi pada 1993, sempat mengungkapkan adanya keterkaitan gay dengan gen pada sebuah temu sains di Chicago, namun studi lama itu diperdebatkan.
Dengan adanya temuan terbaru gen gay ini seakan memperkuat studi sebelumnya sekaligus menjadi bukti pertama adanya gen gay.
"Orientasi seksual tak ada hubungannya dengan pilihan (untuk jadi gay atau tidak). Temuan kami menunjukkan mungkin ada gen yang berperan untuk gay, kami menemukan ada dua set gen yang mempengaruhi seorang pria gay atau normal," jelas Dr Michael Bailey, peneliti Northwestern University, Illinois menguatkan studi itu.
Dengan temuan ini tentu akan mengkhawatirkan orang tua yang saat ini memiliki gen yang dimaksud. Seorang ibu yang hamil bisa khawatir misalnya dengan bayi yang terkandung dalam rahimnya jika sang ortu memiliki kaitan gen gay.
"Jelas orang tua seharusnya tak diperbolehkan membunuh bayinya. Tapi mereka kini dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan sejak dini," ujar Bailey.
Sementara Qazi Rhaman, psikolog King College London mengatakan setidaknya gen diperkirakan berkontribusi 40 persen atas orientasi seksual seseorang. Dan ia melihat ada potensi banyak gen yang terlibat. Dengan demikian, kondisi ini akan menyulitkan tes genetik.
Namun ia meminta orang agar tak takut dengan keterkaitan homoseksual dengan gen. Sebab menurutnya, semua sifat psikologis melibatkan gen.
Pandangan lain atas hasil studi ini juga dilontarkan Richard Lane, pegiat organisasi kaum gay Stonewall. Ia mengatakan studi-studi saat ini belum menunjukkan bukti yang meyakinkan. Tapi studi itu sudah menyimpulkan gay adalah soal biologi.
"Ini konsisten bahwa semuanya menunjukkan orientasi seksual jadi sesuatu yang mendasar bagi seseorang, jadi bukan pilihan gaya hidup," jelasnya.
Bahkan penelitan lain mengatakan kondisi dalam rahim juga mempengaruhi orientasi seksual. Misalnya seseorang laki-laki lebih tua memiliki saudara kandung laki-laki, maka semakin besar memunculkan gay.
Perkiraan ini menyebutkan bayi laki-laki di dalam rahim memicu imun pada ibu. Kondisi ini menciptakan antibodi yang menyerang bagian otak bayi yang terkait dengan orientasi seksual. Respons ini kemudian memunculkan kemungkinan homoseksual.
Namun sebagian pendapat lain meyakini pendidikan pada anak memainkan peranan penting dalam orientasi seksual seseorang.
Fosil Bayi Reptil Laut Berusia 248 Juta Tahun