Mummi tidak hanya terdapat di Mesir. Museum Budaya Papua yang terletak di kawasan Ekspo Kota Jayapura juga menyimpan mummi.
Hingga tahun 2002, museum itu dikelola Departemen Pendidikan Nasional. Setahun setelah itu, museum tersebut dikelola Dinas Kebudayaan Provinsi Papua.
Bangunan museum ini agak terlihat unik dibandingkan bangunan di lain di kawasan itu, karena dindingnya didesain mirip dengan bentuk kulit kayu berwarna coklat.
Koleksi yang ada di sana mulai dari replika mummi, miniatur rumah, peralatan rumah tangga, patung-patung, hingga senjata yang terbuat dari tulang manusia.
Hingga tahun 2002, museum itu dikelola Departemen Pendidikan Nasional. Setahun setelah itu, museum tersebut dikelola Dinas Kebudayaan Provinsi Papua.
Bangunan museum ini agak terlihat unik dibandingkan bangunan di lain di kawasan itu, karena dindingnya didesain mirip dengan bentuk kulit kayu berwarna coklat.
Koleksi yang ada di sana mulai dari replika mummi, miniatur rumah, peralatan rumah tangga, patung-patung, hingga senjata yang terbuat dari tulang manusia.
"Museum ini paling lengkap di Jayapura. Ada juga museum di dalam kampus Universitas Cenderawasih tapi koleksinya tidak selengkap Museum Budaya Papua," kata Isman, warga Kota Jayapura.
Begitu memasuki museum itu, pengunjung akan disuguhi replika mummi yang ditemukan di perkampungan Suku Dani, di Kabupaten Wamena, Papua. "Di Wamena ditemukan empat mummi. Yang di dalam museum ini replika saja," kata Abner Dimara, petugas jaga museum.
Menurut dia, mummi dibuat dengan cara menguapkan cairan tubuh manusia melalui pengasapan, hingga tubuh manusia yang telah meninggal itu menjadi kering, keras, dan kaku. Pada proses ini tidak diperlukan ramuan pengawet.
Mummi dalam Suku Dani disebut "Hun" artinya roh yang diyakini akan melindungi dan membawa berkah bagi generasi penerusnya.
Sebuah jasad dapat dijadikan mummi jika semasa hidupnya memiliki kharisma seperti seorang kepala suku atau panglima perang. Pengawetan mayat menjadi mummi dilakukan sebagai penghargaan kepada para tokoh kharismatik.
Proses pengawetan mummi dilakukan dengan berpedoman pada sistem religi Suku Dani dan tidak asal mengasapkan begitu saja. Mayat tokoh kharismatik disimpan di satu rumah dan diletakkan di atas perapian.
Pengasapan hanya boleh dilakukan oleh sepasang suami isteri dari kalangan keluarga. Suami bertugas menyiapkan kayu bakar, mengasapi, dan menusuk-nusuk tubuh mayat dengan potongan kayu runcing hinggacairan dari dalam tubuh mayat itu keluar.
Sedangkan isteri bertugas mengambil hasil kebun dan memasak untuk suami selama proses pengasapan. Pasangan suami isteri yang melakukan pengasapan dan orang-orang sekitarnya dilarang bersetubuh selama pembuatan mummi. Orang lain dilarang masuk ke dalam rumah pengasapan mayat. Bila larangan ini dilanggar maka diyakini proses pengawetan mumi tidak berhasil.
Di depan etalase mummi, museum memamerkan sejumlah replika rumah suku, antara lain Honai (rumah Suku Dani di Wamena), Owaa (rumah adat Suku Ekari), Ayomru ( rumah Suku Muyu di Merauke), Modmona (rumah Suku Arfaf dari Manokwari), dan Karewari (rumah Suku Tabusi di Kabupaten Jayapura).
Umummya rumah-rumah itu berbentuk panggung, atap rumbia dan dinding kayu, kecuali ayomru yang dibuat di pohon tinggi.