Bilamana Anda melihat ada dua semut yang bertemu muka dengan muka agak lama, jangan salah sangka. Mereka bukan sedang bercanda, juga bukan sedang berebut makanan, mereka juga bukan sedang berciuman, mereka juga bukan sedang ada masalah di dalam berkomunikasi, ataupun sedang asyik ngegosip, tetapi yang terjadi adalah: semut yang satu sedang memberikan madu kepada semut yang lainnya. Ya, semut menyimpan madu di dalam perutnya dan sekarang ia menyalurkannya ke dalam perut temannya. Di dalam perut semut terdapat 2 lambung. Lambung yang terdepan, yang dekat dengan mulutnya, adalah lambung tempat madu yang akan diberikan kepada teman-temannya. Lambung yang kedua terletak di belakang yang pertama, adalah tempat untuk menyimpan madu bagi dirinya sendiri. Melalui mulutnya, semut memberikan madunya yang tersimpan di lambung yang pertama kepada teman-temannya yang membutuhkannya.
Inilah hal yang indah dari semut. Semut rela berbagi berkat dengan teman-temannya bahkan berkat yang sudah masuk ke dalam perutnya sekalipun rela ia keluarkan lagi bagi yang membutuhkannya. Sepertinya semut mengerti betul bahwa berkat itu selalu saja ada bagi dirinya sehingga ia tidak perlu takut-takut untuk memberi dan berbagi kepada teman-temannya yang sedang membutuhkan makanan.
Berbeda jauh dengan kehidupan manusia. Manusia lebih mementingkan dirinya sendiri, kurang mau berbagi dengan sesame yang membutuhkan. Manusia cenderung menumpuk berkat bagi dirinya sendiri. Lihat saja penumpukan BBM yang terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Ketika masyarakat membutuhkan BBM maka beberapa pengusaha sengaja menumpuk BBM tersebut agar menjadi semakin langka dan nantinya bisa dijual dengan harga yang mahal. Tujuan manusia selalu mencari keuntungan bagi diri sendiri dan tidak mau peduli dengan kesengsaraan orang lain. Bahkan terkesan mengambil keuntungan dari kesengsaraan orang lain.
Itulah sifat manusia yang sangat jauh berbeda dengan semut. Semut selalu bersedia untuk memberi kepada yang membutuhkan tetapi manusia selalu berusaha menahan berkat bagi dirinya sendiri. Jangankan memberi dengan sesama yang membutuhkan, dengan saudara sekandung pun sering dikatakan uang tidak bersaudara. Jangankan memberi tanpa imbalan apa-apa, membayar kewajibannya saja seringkali disunat dan diperkecil. Malah yang lebih menyedihkan adalah seringkali berkat yang sudah masuk ke mulut teman-temannya pun diambil dan dirampas semua.
Kita sungguh-sungguh perlu merendahkan hati untuk belajar dari semut. Kebiasaan semut yang mulia di dalam kerelaannya untuk memberi, harus juga menjadi sifat dan kebiasaan kita. Bukankah Tuhan pernah berkata, 'Lebih berbahagia memberi dari pada menerima.'
KATA-KATA BIJAK
Memberi adalah suatu bentuk perbuatan kasih, iman dan pengharapan
Manna Sorgawi, NV Tjenkir Mas, Jakarta, Mei 2002